“Terima kasih Ya Alloh karena masih memberiku kesempatan melihat sang
bintang harapan di tiap pagiku. Dan untukmu penjajah hatiku, selamat
pagi.”
Begitu biasa Dinara memulai harinya di tiap pagi sebelum
beraktifitas. Dua kalimat di awal rutinitas harinya itu telah menjadi
suatu hal yang hampir tak pernah dia lupakan semenjak lima tahun
terakhir. Seperti itu pula dengan hari ini.
Baginya, tiap hari
terasa indah. Penuh dengan harapan dan optimisme. Kenapa? Karena ada
dia.Karena ada cinta dihatinya. Gana, sang penjajah hatinya. Lelaki itu
telah menjadi pangeran dalam hatinya selama hampir lima tahun ini.
Sosoknya seperti telah begitu menyatu dalam jiwanya hingga dia tak bisa
lagi berpaling pada lelaki lain. Bagi Dinara, Gana adalah seorang lelaki
yang luar biasa. Ganaadalah instrumen terpenting dalam hidupnya.
Konyol sekali kedengarannya. Tapi begitulah dia mencintainya, mencintai
Gana. Ah bukan, menggilainya tepatnya. Dinara tak peduli jikapun orang
menganggapnya bodoh karena cinta itu. Dia hanya senang seperti itu. Dan
selama hampir empat tahun terakhir, Aivi lah yang tahu kegilaan Dinara
itu. Aivi adalah sahabatnya sejak dia masuk kuliah hingga mereka baru
saja lulus kuliah saat ini. Meski begitu, Aivi tak pernah tahu lelaki
mana yang sebenarnya dicintai sahabatnya selama ini. Ia hanya tahu kalau
Dinara mencintai seorang lelaki bernama Gana. Itu pun entah pasti atau
tidak.
“Kau melamun? Dia lagi?” tiba-tiba Aivi menepuk pundak
Dinara, membangunkan ia dari lamunannya yang sedang berpetualang ke
negeri antah berantah, mencari sesosok pangeran yang ia rindukan. Aivi
lalududuk di samping Dinara sambil memperhatikan orang lalu-lalang di
taman kota. Hari minggu pagi memang jadwal rutin mereka pergi ke taman
kota.
“Hah, kau tanya apa Vi?” Dinara melongo. “Emm benar tebakanku! Sampai kapan Gana akan membuatmu seperti ini?!” ujarnya. “Seperti ini? Memangnya aku kenapa? Aku baik-baik saja.” “Yah, mudah-mudahan memang benar kau tak apa-apa. Jangan sampai gara-gara dia, kau menutup mata dari kenyataan.” “Maksudnya?” Tanya Dinara heran.
“Iya, bukankah kenyataannya kalian memang tidak pernah ada hubungan
apa-apa? Dan entah perasaan seperti apa yang membuatmu begitu
menggilainya. Cinta, penasaran, atau hanya obsesi?” Jleb. Hati
Dinara bergetar mendengar perkataan Aivi itu. Ia tidak tau kenapa, ada
rasa sakit yang mengiris hatinya. Ia ingin menangis mendengarnya. Tapi,
sebisa mungkin ia mencoba untuk tidak meneteskan air mata. Pilu rasanya.
“Di, kau baik-baik saja?” Aivi menatap Dinara dengan raut khawatir.
“Mmh. Iya.” Dinara mengangguk. Tapi ia bohong. Hatinya sama sekalitidak
baik. Baginya perkataan Aivi itu adalah suatu pukulan maha dahsyat yang
langsung menyadarkannya akan suatu ketidakpastian. Batinnya
menangis. Menyedihkan sekali rasanya. Benar kali ini ia terluka. Ini
kenyataan. Aivi telah membangunkannya dari mimpi-mimpi itu. Tapi, Dinara
tidak bisa jujur pada dirinya sendiri. Dinara tidak ingin mengiyakan
apa yang telah Aivi katakan.
Lima tahun mencintai Gana dengan
caranya sendiri rasanya cukup membuat ia hampir gila. Tapi, Dinara
sangat menyenangi kegilaannya itu. Ia tak bisa dengan mudah kembali
sadar dan melepaskan cintanya. Dinara hanya diam. Tak sepatah
katapun keluar dari bibirnya yang kelu itu. Ia hanya sedang berpikir
saat ini. Berpikir tentang kata-kata Aivi tadi. Berpikir tentang
dirinya, Gana dan perasaannya. Dan juga berpikir tentang sahabatnya itu,
Aivi.
- Kenapa Aivi bisa berkata dan berpikir seperti itu? Kenapa
baru sekarang dia berkomentar seperti itu setelah beberapa lama kami
bersama? Apa dia telah begitu jengah dengan kegilaanku itu hingga dia
bepikir seperti itu? Atau apakah memang cintaku pada Ganabegitu salah di
matanya? Kenapa? - Dinara merasa heran pada sahabatnya itu.
Batinnya terus bertanya-tanya. Dinara merasa tak ada yang salah dengan
perasaannya pada Gana. Ia hanya ingin mencintai seseorang seperti itu.
Ia hanya ingin jadi seorang Dinara yang dengan segenap cinta dan doanya
berhasil menjaga hatinya hanya untuk seorang Gana saja.
- Lalu
kenapa Aivi membuatku terlihat begitu menyedihkan? Hei, aku tak pernah
merugikan siapapun dengan perasaanku itu. Pun aku tak pernah merasa
dirugikan sedikitpun oleh cintaku itu. Lagipula, aku yakin Gana tak
pernah keberatan dengan keberadaan hatiku yang tak pernahmenjamahnya
sedikitpun. Tak pernah pula aku berusaha menyentuh hati Gana. Aku hanya
mencintainya dari sudut terindah yang bisa kurasa, dengan tetap
membiarkan Gana aman dan nyaman dalam dunianya sendiri. Lalu, apa yang
salah? - Aah, Dinara tidak bisa berpikir terlalu banyak lagi.
Hatinya masih ngilu. Mungkin Aivi hanya terlalu sayang padanya. Iya
mungkin begitu.
Satu hari, dua hari, tiga hari, beberapa hari
berlalu. Hari-hari Dinara berlalu seperti biasa. Tapi, hari-harinya jadi
terasa menjemukan sekarang. Entah kenapa. Ia merasa kehilangan sedikit
kebebasan untuk merasakan dalam-dalam getaran cintanya pada Gana. Yah,
semenjak Aivi melontarkan ‘unek-uneknya’ tentang kegilaannya itu, Dinara
merasa sedikitnya ada yang membatasi kebebasannya. Tapi, mungkin saja
Aivi benar. Ia sama sekali tak marah pada sahabatnya itu. Tidak.
Sungguh. Ia hanya merasa perlu waktu yang lama – entah seberapa lama –
untuk mencerna perkataan Aivi lalukemudian memahaminya. Dinara merasa
apa yang dikatakan Aivi memang benar, yakni antara dia dan Gana tak
sedikitpun ada hubungan apa-apa, tapi apakah salah jika ia mencintai
Gana dengancaranya sendiri? Hanya itu. To be only yours, I pray, To be only yours… I know now you’re my only hope
Suara merdu Mandy Moore melengking indah dari ponsel Dinara. Nada dering untuk panggilan masuk. Dinara membuka flap ponselnya. “Di.. hallo.. kau baik-baik saja?” “Hallo.. assalamualaikum Aivi. Tak biasanya kau menelpon. Ada apa?” “Eh, waalaikumsalam. Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin tanya, apa kau sudah melupakannya?”
Deg. Apa? Apa yang baru saja Aivi tanyakan? Dinara benar-benar kaget
mendengarnya. Sungguh. Taksemudah itu melupakannya, Aivi. Dinara
berkata-kata dalam hatinya.Belum sempat ia menjawab, Aivi sudah nyerocos
di ujung sana.
“Kau harus melupakannya. Sudah cukup Di. Cinta itu
bisa merusakmu, melenakanmu. Kau harus melupakannya. Ah, Ya Alloh.
Bagaimana caranya menghentikanmu? Apa sesulit itu? Sungguh. Kumohon
lupakan dia. Kau harus memulai semuanya dari awal. Bukalah mata dan
hatimu Di. Lupakan dia.” - Ya Alloh. Kenapa Aivi bersikap seperti
itu? Kenapa? Apa dia tak tahu kalau yang ia katakan membuatku sakit.
Benar-benar membuatku sakit. Sungguh. Tak semudah itu. - “Hallo.. Di? Kau masih di sana? Kau baik-baik saja?” “Mmh. Aku akan mencobanya.” Dinara menjawab sekenanya. “Bagus. Aku selalu ada untukmu. Sudah ya. Assalamualaikum.”
Tut. Sambungan terputus. Waalaikumsalam. Dinara mendesah pelan. Ia masih
memegang ponselnya. Lagi-lagi dia merasa sulit untuk mencerna dan
kemudianmemahami apa yang sudah Aivi katakan barusan. Selalu begitu.
Logikanya selalu berfungsi lebih lambat dibandingkan perasaannya. Ia
hanya bisa meneteskan air mata. Rasa sakit – tentu saja rasa sakit yang
diakibatkan oleh perkataan Aivi tempo lalu – yang sudah hampirbisa ia
lupakan, kini kembali hinggap di hatinya.
- Ya Alloh.. apa selama
ini aku terlihat seperti orang tak waras? Kenapa Aivi bersikeras
bersikap seperti itu? Apa dia sudah benar-benar jengah melihat
kegilaanku itu? Ya Alloh.. apa yang salah dari semua yang aku rasakan
selama ini? Dan apa? Aivi berkata kalau cinta ini bisa merusakku,
melenakanku? Tidak. Sama sekali tidak. Cinta ini justru menguatkanku.
Mengubahku menjadi lebih baik. Memberiku harapan di setiap hariku.
Memberiku nafas untuk tetap bertahan dalam kesendirian. Memberiku
semangat dalam menghadapi berbagai masalah hidup. Dan yang terpenting,
cinta iniselalu mendekatkanku pada-Mu. YaAlloh.. apa Aivi tak tahu semua
itu? Melupakan Gana bukanlah hal yangmudah dan memang bukan hal yang
aku inginkan. Tidak sama sekali. -
Pandangan Dinara kabur. Ia bukan
hanya meneteskan air mata, tapi menangis sesenggukan. Ia memegang
dadanya. Ada yang sakit di sana. Benar-benar sakit. Ia melangkah menuju
meja belajarnya. Ia lalu membuka tas yang tergeletak di sana.
Direngkuhnya sebuah sapu tangan kotak-kotak biru muda. Ada tulisan kecil
di salah satu sudutnya. Gana.
- Apakah aku benar-benar harus
melepaskan semua perasaanku padamu? Apakah aku tak boleh lagimencintaimu
– meski pastinya kau tak pernah tahu hal itu? Apakah aku harus mengubur
dalam-dalam semua harapanku tentangmu? Tapi,aku benar-benar ingin
bertemu denganmu. Aku hanya ingin bertemu denganmu. Meski hanya untuk
satu kali lagi. Meski hanya untuk beberapa detik saja. Itu tak apa.
Sungguh. Aku hanya ingin berterima kasih padamu, Gana. Berterima kasih
untuk semuanya. Ya. Aku belum sempat melakukan itu. -
Dinara
bergumam lirih sendirian. Didekapnya sapu tangan itu erat-erat. Lalu,
pikirannya beralih ke suatu malam, lima tahun silam. Saat ia masih
berusia tujuh belas tahun. Saat ketika ia belum seperti sekarang. Saat
dimana satu hal berhasil mengubah hidupnya.
Saat itu, Dinara tengah
berjalan sendirian ketika seorang om-om mencoba merayunya untuk ikut
bersamanya. Bagaimanalah om-om itu tidak bersikap demikian, penampilan
Dinara saat itu lebih mirip dengan wanita malam. Ditambah pula ia
berjalan sendiriandi kala malam telah sepenuhnya pekat. Mana ada wanita
baik-baik keluyuran tengah malam dengan penampilan seperti itu coba?
Dinara mati-matian menolak – karena memang dia toh bukan wanita malam
yang dikira om-om itu -, sementara si om-om mati-matian memaksanya.
Dinara berteriak meminta tolong. Dan di saat itu, seorang pemuda – yang
entah kebetulan lewat atau memang telah sengaja dikirim Tuhan –
mendekati Dinara yang sedang berusaha melepaskan diri dari si om-om.
“Tolong lepaskan dia Pak. Dia ini adik saya. Dia wanita baik-baik
danbukan wanita seperti yang Bapak kira. Sungguh Pak, dia wanita
baik-baik. Hanya saja, dia belum cukup dewasa. Tolong jangan ganggu dia
Pak. Bapak akan menyesal jika melakukannya.” Pemuda itu berkata dengan
nada memohon pada si om-om. Si om-om yang entah kenapa merasa percaya
dengan yang dikatakan pemuda itu langsung melepaskan Dinara. Ia bergegas
meninggalkan tempat itu sambil bersungut-sungut, “Urus adikmu itu.
Mungkin lain kali ia tak akan selamat jika masih seperti itu.” Pemuda
itu hanya mengangguk.
Suasana malam itu begitu sunyi danlengang.
Dinara yang merasa shock dengan kejadian itu menangis sesenggukan di
tepi jalan. Pemuda itu menghampirinya dan mengeluarkan sehelai sapu
tangan dari dalam saku celananya dan mencoba menenangkan. Dia kemudian
membawa Dinara ke dalam mobilnya dan mengantarkanDinara pulang. Ia lalu
menanyakan alamat gadis itu. Tak berapa lama, mobil pemuda itu sampai di
depan sebuah rumah mewah. Rumah Dinara. Mereka berdua lalu turun dari
mobil itu. “Aku bukan wanita seperti itu.” UjarDinara yang masih menangis.
“Om-om tadi atau pria manapun pasti tidak akan berani mengganggumu jika
kau tak keluyuran tengah malam begini dan penampilanmu tak seperti itu.
Tapi, aku percaya kau wanita baik-baik. Sungguh.” Pemuda itu kembali ke
mobilnya. Meninggalkan Dinara yang masih terpaku. Mobilnya melesat
menjauhdari hadapan Dinara.
Dinara tersadar. Dia melihat sekeliling
dan mendapati ia sendirian disana. Lalu, dia melihat sapu tangan di
genggaman tangannya. Sapu tangan kotak-kotak biru muda. Pandangannya
tertuju pada tulisan yang dijahit dengan benang hitam di salah satu
sudut sapu tangan itu. Gana. Hatinya berdesir halus ketika mengingat
pemuda yang baru saja menolongnya itu. Pemuda baik hati yang sama sekali
tak dikenalnya.
Sejak saat itu, Dinara berubah. Gayahidupnya,
penampilannya, tingkah lakunya, tutur katanya, pemikirannya. Semuanya
berubah menjadi lebih baik. Sungguh, kekuatan cinta yang begitu indah.
Bertahun-tahun ia selalu berharap suatu saat bisa bertemu kembali dengan
pemuda yang telah menyelamatkan hidupnya itu. Ia selalu ingat kalau ia
belum sempat berterima kasih pada pemuda itu, hingga saat ini.
To be only yours, I pray, To be only yours… I know now you’re my only hope Panggilan masuk. Bayangan masa lalu itu kemudian memudar. Dinara menyeka air matanya. Lalu ia membuka flap ponselnya.
“Assalamualaikum Aivi. Kenapa lagi?”
“Waalaikumsalam. Aku lupa memberitahumu Di. Minggu depan, datanglah ke
rumahku. Ada syukuran. Oya, aku akan mengenalkanmu pada seseorang.
Seseorang yang sangat aku sayangi.Emm kau pasti menyukainya. Ah
hati-hati, kau bisa mencintainya. hehe” “Kenapa?” “Ya, karena dia memang pantas disukai, dicintai. Sudah ya. Assalamualaikum.” “Waalaikumsalam.”
Dinara menghela nafas. Akhir-akhir ini ia lebih sering menghela nafas.
Entah kenapa. Tiba-tiba ia teringat percakapannya dengan Aivi barusan.
- Mengenalkanku pada seseorang yang sangat ia sayangi? Menyukainya?
Mencintainya? Siapa? Syukuran? Ah, iya. Jangan-jangan Aivi akan dilamar.
Seseorang yang ia maksud adalah calonnya barangkali. Iya. Begitu
sepertinya. Tapi, kenapa dia tak pernah bercerita sebelumnya padaku? Ah,
sahabat macam apa aku ini? Aku sama sekali tak tahu apa yang terjadi
dalam kehidupan Aivi selama ini. Mungkin, karena aku terlalu sibuk
dengan kegilaanku itu. Ya Alloh.. Aivi, maafkan aku. - Seminggu
berlalu begitu cepat. Tapi, bagi Dinara waktu jadi terasa begitu lambat.
Itu karena perasaannya sedang begitu tak menentu. Yah, begitulah.
Dinara sudah sampai di depan rumah Aivi. Banyak mobil berjejer disana.
Sepertinya, semua keluarga besar Aivi sedang berkumpul untuk acara
syukuran itu.
Dinara melangkah masuk ke rumah besar itu.
Pandangannya langsung tertuju ke dalam rumah. Banyak orang di dalam
sana. Dan, Ya Alloh.. jantung Dinara hampir berhenti berdetak. Nafasnya
tiba-tiba sesak. Ia melihat Aivi di sofa ruang tamu. Tapi, perhatiannya
bukan tertuju pada sahabatnya itu, melainkan pemuda tampan di samping
Aivi. Pemuda itu, Dinara yakin pernah melihatnya. Ya, bagaimana mungkin
ia lupa? Tapi, kenapa pemuda itu ada di sini? Dan.. dan.. pemuda itu
terlihat begitu dekat dengan Aivi. Apa mungkin? Dinara tiba-tiba
langsung memegang dadanya. Ada yang menggerogoti hatinya lagi. Dan kali
ini lebih sakit dari sebelumnya.
- Bagaimana mungkin seperti ini Ya
Alloh? Kenapa harus Aivi? Kenapa Aivi harus bersama Gana? Dan, mereka
terlihat benar-benar akrab. Mereka sedang bercanda. Aivi tersenyum,
tertawa. Itu sempurna ekspresi bahagia dari Aivi. Bagaimana mungkin? Ya
Alloh. -
Dinara masih mematung di depan pintu. Kakinya lumpuh
seketika. Matanya perih. Sungguh perih. Tapi, bagaimanalah ia akan
menangis di saat seperti itu? Beribu pertanyaan menyesaki benaknya satu
per satu. - Apakah ada yang pernah merasakan ketika senyuman orang
lain nyatanya justru membawa lukadi hati kita? Aku pernah. Apakah ada
yang pernah merasakan ketika tawa orang lain tak sadar justru membuat
air mata kita terjatuh? Aku pernah. Apakah ada yang pernah merasakan
ketika kebahagiaan orang lain sebenarnyatidak – sama sekali
tidak-membuat hati kita bahagia juga? Aku pernah. Ya. Aku pernah
merasakan itu semua. Di sini. Saat ini. Entah perasaan macam apa
namanya. Yang jelas, ini sungguh menyakitkan. -
“Dinara.. kau sudah
datang? Ayo sini.” Suara Aivi tiba-tiba menyadarkan Dinara yang sedang
terpaku. Aivi menghampiri Dinara dan membawanya masuk. Entah kenapa,
Dinara merasa sulit untuk melangkahkan kakinya. Dengan enggan akhirnya
ia menapakkan kakinya selangkah demi selangkah.Mereka lalu duduk tepat
di hadapan pemuda itu. Pemuda itu tersenyum manis pada Dinara. Hati
Dinara semakin ngilu. “Bagaimana, kau menyukainya bukan?” ujar Aivi
sambil menepuk pundak Dinara. Dinara tak berani menjawabnya. Andai saja
Aivi tahu, pemuda itu adalah pangeran hati Dinara selama lima tahun ini.
“Bagaimana, kau menyukainya bukan?” Aivi melontarkan kembali pertanyaan
yang sama. Namun, kali ini bukan pada Dinara. Melainkan pada pemuda di
hadapannya. Pemuda itu hanya tersenyum. Wajahnya memerah. Dinara masih
tak mengerti.
“Namanya Rida Lenggana. Dia saudara sepupuku. Ah, kau
pasti takingat? Ya, mana mungkin. Selama ini kau sibuk dengan Gana mu
itu. Bukankah aku pernah menceritakannya padamu beberapa kali? Rida,
saudara sepupuku yang sejak lima tahun lalu kuliah di Turki dan sudah
punyapekerjaan tetap di sana. Ya ampun Di, kau benar-benar tak pernah
mendengarkan ceritaku sepertinya.”
Seperti biasa, Aivi nyerocos
tanpa memperhatikan respon si pendengar. Sementara itu, Dinara merasa
tak percaya dengan apa yang didengarnya. Dia masih juga tak bersuara. - Sepupu? Bukan calon suami? Ya ampun, kenapa aku begitu cepat menyimpulkan? -
“Kau tahu Di? Aku sangat menyayanginya. Dia lelaki baik dan pantas
mendapatkan yang baik pula. Dulu dia pernah menyukai seorang wanita yang
ditemuinya suatu malam di jalan kota. Dia bilang dia tak bisa melupakan
gadisitu. Tapi, untunglah Rida tak sepertimu yang sulit sekali
melupakan Gana. Dia langsung menyukaimu ketika pertama kali aku
menunjukkan fotomu empat tahun lalu. Dia semakin menyukaimu sewaktu aku
berceritabanyak tentang kau. Setiap kami berkomunikasi, dia selalu
menanyakan kabarmu dan memintaku bercerita tentangmu, semua hal
tentangmu. Tapi, dia melarangku memberitahumu. Dia ingin agar kau tetap
seperti itu, menggilai Gana. Dia tak ingin mengusik kegilaanmu itu
katanya. Tapi sewaktu dia pulang dari Turki minggu lalu, dia akhirnya
memintaku untuk mengenalkanmu langsung padanya. Karena itu aku
bersikeras menginginkankau melupakan Gana. Aku pikir, kau pasti akan
menyukai sepupuku ini. Kalian sangat cocok.”
Dinara masih diam.
Tapi, kali ini rasa sakitnya berangsur hilang. Tergantikan oleh perasaan
yang entah apa namanya. Bahagia, terharu dan apalah itu. Yang ia
pikirkan hanyalah bagaimana mungkin ini terjadi? Sementara itu, pemuda
di hadapannya bersemu merah.
“Aku suka nama Gana. Aku ingin
dipanggil begitu. Sungguh. Ah, tapi tak ada yang tahu hal itu. Semua
orang malah memanggilku Rida.” Pemuda itu terdiam sesaat. Lalu dengan
terbata ia melanjutkan. “Emm.. Apa.. apa kau mau ikut bersamaku ke
Turki? Tentunya, setelah kita menikah di sini.” Pemuda bernama Rida
Lenggana itubaru saja mengucapkan kata-kata yang sudah lama ingin ia
sampaikan pada gadis dihadapannya. Gadis yang sudah ia sukai sejak
pertama kali bertemu lima tahun lalu di suatu malam ketika ia menikmati
malam terakhir di kota kelahirannya sebelum ia berangkat ke Turki.
Perasaan lega, cemas dan bahagia bercampur aduk di hatinya.
Dinara
tak kuasa menahan air matanya terjatuh kali ini. Biarlah semua orang
melihat ia menangis saat ini. Karena toh selama ini tak ada yang tahu
bagaimana ia menangis dalam kesendiriannya, bagaimana ia menangis
menahan semua perasaannya, bagaimana ia menangis di setiap harapan yang
ia panjatkan dalam doa-doanya. Biarlah.
Dinara mengeluarkan sapu
tangan kotak-kotak biru muda bertuliskan nama Gana – yang selalu ia bawa
kemanapun – dari tas tangannya. Sambil mengangguk ia berikan sapu
tangan itu pada pemiliknya. “Terima kasih, untuk semuanya.” Ujarnya
lirih sambil berurai air mata. Pemuda itu tersenyum saat menerima
kembali sapu tangan miliknya.
Aivi melongo melihat pemandangan di hadapannya. “Ya ampun, jadi selama ini?” —
Dan ketika harapan yang kita panjatkan dalam setiap doa-doa kita tak
langsung dijawab-Nya dengan kata Ya atau Tidak, maka sesungguhnya Ia
menjawab, “Tunggu, Aku akan berikan yang terbaik untukmu pada waktunya.”
“Tidak!” aku benar-benar tidak mampu menatapnya, mata bening dan
tatapan tajam itu selalu membuatku ciut, berkali aku mencobanya tapi
entahlah, seperti ada cahaya yang begitu menyilaukan saat aku
memberanikan diri menatap wajahnya.
“Kakak kenapa?” sudah kuduga pertanyaan yang terkesan polos dan tanpa
rasa bersalah itu menghujaniku. Memangnya dia salah apa Rafa?
“hmm, gak,” jawabku asal, sembari berusaha menata perasaanku. “sebentar
ada presentasi di depan kelas, jadi agak sedikit tegang.” Bohong banget.
“ya udah Kakak duluan aja, aku singgah ke perpus dulu. Good luck Kak!” sembari beranjak meninggalkanku yang diam mematung.
Rafa menghela napas panjang, kesal! Dengan langkah gontai ia segera
menuju ruang kuliahnya, menghempaskan tubuhnya di deretan kursi kedua
dari depan, matanya menerawang kemudian menghela napas lagi. Tom yang
duduk di sampingnya hanya menggeleng.
Alfiana Rahman, nama itu selalu terngiang di telingaku sejak bertemu
dengannya sekitar dua bulan yang lalu. Ia gadis yang ramah, cerdas,
polos dan banyak bertanya, itulah yang membuatku merasa menjadi manusia
paling pintar di dunia saat aku berada di depannya padahal kenyataannya
terbalik. Dan satu lagi dia adalah gadis saleha.
Aku mengenalnya dari Rania, mereka bersahabat. Sementara Rania adalah
salah satu dari sekian banyak wanita yang aku beri harapan, aku
menyayanginya, dia pun begitu. Tapi hubungan kami sama sekali tidak
jelas, sejenis hubungan tanpa status.
Fiana, begitu ia sering dipanggil. Mendaftar di salah satu perguruan
tinggi terkemuka dengan mengikuti program beasiswa. Rania memintaku
menjadi pembimbing yang akan siap menjawab jika Fiana bertanya atau
menemui kesulitan dan itu kulakukan dengan baik, karena Fiana pun sangat
gemar bertanya. Sementara aku selalu memberinya jawaban yang sok
spektakuler aku muak sendiri.
Saat semua urusan telah selesai, aku merasa mulai merindukannya,
merindukan saat ia mengirimiku pesan berisi pertanyaan-pertanyaannya,
rindu saat ia mengadukan kesulitannya dan aku merindukan pikiran-pikiran
cerdasnya.
Karena rindu yang mengganggu ini, aku segera mengirimi ia pesan dan
memintanya untuk menjadi temanku. Fiana menyambutnya dengan senang hati
aku bahagia. Lalu aku mengajaknya bertemu berdua, yah hanya aku dan
Fiana. Tapi justru karena itulah ia menolak. Ah, Rafa seharusnya aku
sudah bisa menduganya.
Semakin hari hatiku semakin terusik oleh sosok Fiana, cinta ini
semakin bergejolak, bahkan aku telah pandai merangkai kata-kata indah
bak seorang penyair ulung, ah.. cinta, dasar cinta.
“plak!” aku tersentak kaget, lamunanku buyar oleh suara pukulan keras di atas meja.
“saudara Rafa El-ghifari silahkan baca diktat kuliah yang ada di depan
anda dan maju untuk menggantikan presentasi saya!” suara itu menggema di
setiap tembok-tembok ruangan dan memantul menikamku.
Dengan segan kuraih diktat yang ada di depanku disertai kebingungan, yang mana? halaman berapa?
“saudara Rafa, cepatlah sedikit!” suara dosen sialan itu kembali menggema.
“sial!” makiku dalam hati. Aku melangkah gontai, sementara Tom hanya cekikikan, awas kau Tom, kubalas nanti!
Aku memulai presentasi terburuk seumur hidupku dengan gugup, tak
jelas jurusannya dan berakhir dengan sebuah peringatan, nilai ujian
elektroku akan dapat C. Argh… kalau terus-terusan seperti ini bisa-bisa
kuliahku berantakan.
Rafa melangkah tergesa menuju ruang kuliah Fiana, membiarkan Tom mengejarnya dengan susah payah.
“Rafa, lo dikejar tukang tagih utang?” Tom bertanya diselingi napasnya yang tersengal-sengal.
“gak usah banyak tanya deh Tom. Kalau lo mau ikut, ikut aja. Kalau gak
ya udah tunggu di sini.” Jawabnya acuh dan mempercepat langkahnya
meninggalkan Tom.
Rafa sampai di depan pintu kelas Fiana, menunggu gadis itu keluar
dengan gelisah, ah Fiana kepolosanmu telah membuat hati seorang pria
jadi tak menentu.
“Kak Rafa?” suara itu membuyarkan lamunanku, aku menoleh, dia tersenyum padaku. Oh Tuhan, bulan sabit yang indah. Gumamku.
“gimana presentasinya Kak?”
“hufh.. mengecewakan! aku gak bisa konsentrasi.” Ah, Fiana di saat
seperti ini dia masih menanyakan presentasi yang sebenarnya tak pernah
direncanakan itu, tahukah dia perasaanku?
“loh kok bisa? tumben?” mata bening itu menangkap kejanggalan.
“hufh.. karena.. karena kamu Fiana, kakak gak bisa konsentrasi karena
terus memikirkanmu.” Mata cokelatnya menatap tajam, dahinya berkerut.
“Kakak mencintaimu Fiana, kakak merindukamu setiap saat, karena itu
aku tidak bisa memikirkan yang lain selain kamu.” Kata-kata itu meluncur
semulus jalan tol.
“lalu Kakak menyalahkanku?” ya ampun Fiana, bukan itu maksudku, susah juga menghadapi gadis sepolos ini. Batinku.
“tidak! Sama sekali Kakak tidak menyalahkanmu Fiana.” Jawabku tegas.
“lalu?” mata beningnya masih menyimpan tanya.
“kakak hanya ingin kepastian, apakah Fiana juga merasakan hal yang sama
seperti yang kakak rasakan, apakah kamu bersedia menjadi milik kakak,
apakah kamu bersedia membalas cinta kakak Fiana?” bimbang, oh Fiana
mengertilah!
“aku pengen tanya Kak.”
“silahkan.”
“apa Tuhan itu Adil?”
“tentu saja,” jawabku bingung, kenapa Fiana bertanya seperti itu, apa dia ingin mengalihkan pembicaraan lagi.
“jika benar begitu, apakah Tuhan adil jika Ia membiarkan seorang gadis
yang hati, jiwa dan pikirannya belum tersentuh oleh laki-laki manapun
yang cintanya masih murni harus dimiliki oleh laki-laki yang hati, jiwa
dan pikirannya senantiasa disibukkan oleh wanita, yang selalu menebar
pesona dan harapan-harapan kosong kepada setiap wanita yang ia temui?
adilkah itu Kak?” kata-kata itu mengalir deras bak sungai Eufrat,
menghanyutkan semua yang ada di hadapannya, membasahi hati-hati yang
kering karena kemarau panjang.
Hanya tetesan bening di pelupuk mataku yang mampu menjawabnya. Oh..
Tuhan, mata bening itu dan pertanyaannya yang terkesan lugu tapi sungguh
ia lebih tajam dari anak panah, tepat menikam ulu hatiku.
Aku sadar betapa bejatnya aku, menebar pesona kepada setiap gadis
yang kutemui dan memberi mereka harapan, perhatian dan rasa sayang yang
sama, aku telah banyak menyakiti hati mereka yang rapuh. Laki-laki bejat
sepertiku berani-beraninya mengharapkan Fiana yang bagai mutiara
sedangkan aku hanya sebutir pasir. Tega sekali jika aku mengotori cinta
Fiana.
Ahh, aku ingat ucapan Ustad yang pernah membawakan khutbah nikah di
kampungku dulu. Wanita yang baik hanya untuk laki-laki yang baik dan
laki-laki yang baik hanya untuk wanita yang baik pula.
Mata bening itu masih menatapku, kini tampak teduh.
“kita masih berteman Kak,” Tersenyum seakan tak pernah terjadi apa-apa.
Oh Fiana.. kau akan mendapatkan keadilan itu. Pasti adikku.
Cerpen Karangan: Fatmailia Atha Azzahra
Muhammad al-Fatih adalah salah
seorang raja atau sultan Kerajaan Utsmani yang paling terkenal. Ia
merupakan sultan ketujuh dalam sejarah Bani Utsmaniah. Al-Fatih adalah
gelar yang senantiasa melekat pada namanya karena dialah yang mengakhiri
atau menaklukkan Kerajaan Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11
abad.
Sultan Muhammad al-Fatih memerintah selama 30 tahun. Selain
menaklukkan Binzantium, ia juga berhasil menaklukkan wilayah-wilayah di
Asia, menyatukan kerajaan-kerajaan Anatolia dan wilayah-wilayah Eropa,
dan termasuk jasanya yang paling penting adalah berhasil mengadaptasi
menajemen Kerajaan Bizantium yang telah matang ke dalam Kerajaan
Utsmani.
Karakter Pemimpin Yang Ditanamkan Sejak Kecil
Muhammad al-Fatih dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di
Kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu. Ia adalah putra dari
Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah Utsmaniyah.
Sultan Murad II memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan
anaknya. Ia menempa buah hatinya agar kelak menjadi seorang pemimpin
yang baik dan tangguh. Perhatian tersebut terlihat dari Muhammad kecil
yang telah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, mempelajari
hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan
strategi perang. Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa,
seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia
21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani,
Latin, dan Yunani, luar biasa!
Walaupun usianya baru seumur jagung, sang ayah, Sultan Murad II,
mengamanati Sultan Muhammad memimpin suatu daerah dengan bimbingan para
ulama. Hal itu dilakukan sang ayah agar anaknya cepat menyadari bahwa
dia memiliki tanggung jawab yang besar di kemudian hari. Bimbingan para
ulama diharapkan menjadi kompas yang mengarahkan pemikiran anaknya agar
sejalan dengan pemahaman Islam yang benar.
Menjadi Penguasa Utsmani
Sultan Muhammad II diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5
Muharam 855 H bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Program besar yang
langsung ia canangkan ketika menjabat sebagai khalifah adalah
menaklukkan Konstantinopel.
Langkah pertama yang Sultan Muhammad lakukan untuk mewujudkan
cita-citanya adalah melakukan kebijakan militer dan politik luar negeri
yang strategis. Ia memperbarui perjanjian dan kesepakatan yang telah
terjalin dengan negara-negara tetangga dan sekutu-sekutu militernya.
Pengaturan ulang perjanjian tersebut bertujuan menghilangkan pengaruh
Kerajaan Bizantium Romawi di wilayah-wilayah tetangga Utsmaniah baik
secara politis maupun militer.
Menaklukkan Bizantium
Sultan Muhammad II juga menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang
akan mengepung Konstantinopel dari darat. Pada saat mengepung benteng
Bizantium banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan
benteng tersebut. Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari
itu, benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga,
pikiran, dan perbekalan mereka.
Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak
mula. Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Bizantium telah memagari
laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas.
Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan melintasi
rantai tersebut.
Akhirnya Sultan Muhammad menemukan ide yang ia anggap merupakan
satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut. Ide ini mirip
dengan yang dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang Bizantium
di abad ke-10, para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat
Bosporus, mengelilingi Galata, dan meluncurkannya kembali di Tanduk
Emas, akan tetapi pasukan mereka tetap dikalahkan oleh orang-orang
Bizantium Romawi. Sultan Muhammad melakukannya dengan cara yang lebih
cerdik lagi, ia menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara
setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu dilakukan dalam waktu yang
sangat singkat, tidak sampai satu malam.
Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali
tidak mengira Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal
mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat
yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan
menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu
kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.
Peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai
simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang
tidak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad
itu jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan
265.000 pasukan umat Islam gugur. Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H
bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil
memasuki Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama
Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.
Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari
kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia
menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi
masjid. Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah
Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang
berarti negeri Islam, lau akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul.
Selain itu, Sultan Muhammad al-Fatih juga memerintahkan untuk membangun masjid di makam sahabat yang mulia Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wafat saat menyerang Konstantinopel di zaman Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahu ‘anhu.
Apa yang dilakukan oleh Sultan Muhammad tentu saja bertentangan dengan syariat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“… Ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kamu telah
menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai tempat ibadah, tetapi
janganlah kamu sekalian menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, karena
aku benar-benar melarang kamu melakukan perbuatan itu.” (HR. HR. Muslim
no.532)
Kekeliruan yang dilakukan oleh Sultan Muhammad tidak serta-merta
membuat kita menafikan jasa-jasanya yang sangat besar. Semoga Allah
mengampuni kesalahan dan kekhilafannya beliau rahimahullah.
Setelah itu rentetat penaklukkan strategis dilakukan oleh Sultan
Muhammad al-Fatih; ia membawa pasukannya menkalukkan Balkan, Yunani,
Rumania, Albania, Asia Kecil, dll. bahkan ia telah mempersiapkan pasukan
dan mengatur strategi untuk menaklukkan kerajaan Romawi di Italia, akan
tetapi kematian telah menghalanginya untuk mewujudkan hal itu.
Peradaban Yang Dibangun Pada Masanya
Selain terkenal sebagai jenderal perang dan berhasil memperluas
kekuasaan Utsmani melebihi sultan-sultan lainnya, Muhammad al-Fatih juga
dikenal sebagai seorang penyair. Ia memiliki diwan, kumpulan syair yang ia buat sendiri.
Sultan Muhammad juga membangun lebih dari 300 masjid, 57 sekolah, dan
59 tempat pemandian di berbagai wilayah Utsmani. Peninggalannya yang
paling terkenal adalah Masjid Sultan Muhammad II dan Jami’ Abu Ayyub
al-Anshari
Wafatnya Sang Penakluk
Pada bulan Rabiul Awal tahun 886 H/1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih
pergi dari Istanbul untuk berjihad, padahal ia sedang dalam kondisi
tidak sehat. Di tengah perjalanan sakit yang ia derita kian parah dan
semakin berat ia rasakan. Dokter pun didatangkan untuk mengobatinya,
namun dokter dan obat tidak lagi bermanfaat bagi sang Sultan, ia pun
wafat di tengah pasukannya pada hari Kamis, tanggal 4 Rabiul Awal 886
H/3 Mei 1481 M. Saat itu Sultan Muhammad berusia 52 tahun dan memerintah
selama 31 tahun. Ada yang mengatakan wafatnya Sultan Muhammad al-Fatih
karena diracuni oleh dokter pribadinya Ya’qub Basya, Allahu a’lam.
Tidak ada keterangan yang bisa dijadikan sandaran kemana Sultan
Muhammad II hendak membawa pasukannya. Ada yang mengatakan beliau hendak
menuju Itali untuk menaklukkan Roma ada juga yang mengatakan menuju
Prancis atau Spanyol.
Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus
tahtanya, Sultan Bayazid II agar senantiasa dekat dengan para ulama,
berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar menjaga agama
baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan.
Semoga Allah membalas jasa-jasamu wahai Sultan Muhammad al-Fatih…
Sumber: islamstory.com
Berikut ini adalah nasihat
al-Hasan al-Bashri kepada Umar bin Abdul Aziz, salah seorang khalifah
yang shaleh dari Bani Umayyah. Al-Hasan menasihati beliau tentang
hakikat dunia, karena bisa jadi seseorang yang shaleh pun tergelicir
ketika memegang kekuasaan tertinggi dan dia membutuhkan nasihat yang
mengingatkannya. Apalagi jabatan yang dipegang oleh Umar adalah jabatan
yang sangat besar, karena ia adalah salah satu raja yang memegang
wilayah terbesar di dunia. Godaan, ambisi, fitnah dunia, dan keinginan
untuk menikmatinya bisa saja muncul kala itu.
Al-Hasan al-Bashri menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz, isi
surat tersebut menjelaskan tentang hakikat dunia. Teks surat tersebut
adalah sebagai berikut:
Amma ba’du.. Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya dunia adalah rumah persinggahan dan perpindahan bukan rumah tinggal selamanya.
Adam diturunkan ke dunia dari surga sebagai hukuman atasnya, maka
berhati-hatilah. Sesungguhnya orang yang berhasrat kepada dunia akan
meninggalkannya, orang yang kaya di dunia adalah orang yang miskin
(dibanding akhirat), penduduk dunia yang berbahagia adalah orang yang
tidak berlebih-lebihan di dalamnya. Jika orang yang berakal lagi cerdik
mencermatinya, maka dia melihatnya menghinakan orang yang memuliakannya,
mencerai-beraikan orang yang mengumpulkannya. Dunia layaknya racun,
siapa yang tidak mengetahuinya akan memakannya, siapa yang tidak
mengetahuinya akan berambisi kepadanya, padahal, demi Allah itulah letak
kebinasaannya.
Wahai Amirul Mukminin, jadilah seperti orang yang tengah mengobati
lukanya, dia menahan pedih sesaat karena dia tidak ingin memikul
penderitaan panjang. Bersabar di atas penderitaan dunia lebih ringan
daripada memikul ujiannya. Orang yang cerdas adalah orang yang
berhati-hati terhadap godaan dunia. Dunia seperti pengantin, mata-mata
melihat kepadanya, hati terjerat dengannya, pada dia, demi Dzat yang
mengutus Muhammad dengan kebenaran, adalah pembunuh bagi siapa yang
menikahinya.
Wahai Amirul Mukminin, berhati-hatilah terhadap perangkap
kebinasaannya, waspadailah keburukannya. Kemakmurannya bersambung dengan
kesengsaraan dan penderitaan, kelanggengan membawa kepada kebinasaan
dan kefanaan. Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, bahwa angan-angannya
palsu, harapannya batil, kejernihannya keruh, kehidupannya penderitaan,
orang yang meninggalkannya adalah orang yang dibimbing taufik, dan orang
yang berpegang padanya adalaah celaka lago tenggelam. Orang yang cerdik
lagi pandai adalah orang yang takut kepada apa yang dijadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala
untuk menimbulkan rasa takut, mewaspadai apa yang Allah telah
peringatkan, berlari meninggalkan rumah fana kepada rumah yang abadi,
keyakinan ini akan sangat terasa ketika kematian menjelang.
Dunia wahai Amirul Mukminin, adalah rumah hukuman, siapa yag tidak
berakal mengumpulkan untuknya, siapa yang tidak berilmu tentangnya akan
terkecoh, sementara orang yang tegas lagi berakal adalah orang yang
hidup di dunia seperti orang yang mengobati sakitnya, dia menahan diri
dari pahitnya obat karena dia berharap kesembuhan, dia takut kepada
buruknya akibat di akhirat.
Dunia wahai Amirul Mukminin, demi Allah hanya mimpi, sedangkan
akhirat adalah nyata, di antara keduanya adalah kematian. Para hamba
berada dalam mimpi yang melenakan, sesungguhnya aku berkata kepadamu
wahai Amirul Mukminin apa yang dikatakan oleh seorang laki-laki bijak,
‘Jika kamu selamat, maka kamu selamat dari huru-hara besar itu. Jika tidak, maka aku tidak mengira dirimu akan selamat’.
Ketika surat al-Hasan al-Bashri ini sampai ke tangan Umar bin Abdul
Aziz, beliau menangis sesenggukan sehingga orang-orang yang ada di
sekitarnya merasa kasihan kepadanya. Umar mengatakan, “Semoga Allah
merahmati al-Hasan al-Bashri, beliau terus membangunkan kami dari tidur
dan mengingatkan kami dari kelalaian. Sungguh sangat mengagumkan, beliau
adalah laki-laki yang penuh kasih terhadap kami (pemimpin), beliau
begitu tulus kepada kami. Beliau adalah seorang pemberi nasihat yang
sangat jujur dan sangat fasih bahasanya.”
Umar bin Abdul Aziz membalas surat al-Hasan dengan mengatakan:
“Nasihat-nasihat Anda yang berharga telah sampai kepadaku, aku pun
mengobati diriku dengan nasihat tersebut. Anda menjelaskan dunia dengan
sifat-sifatnya yang hakiki, orang yang pintar adalah orang yang selalu
berhati-hati terhadap dunia, seolah-olah penduduknya yang telah
ditetapkan kematian sudah mati. Wassalamu’alaikum warahmatullah
wabarakatuh.”
Ketika balasan Umar sampai di tangan al-Hasan, beliau berkata,
“Amirul Mukminin benar-benar mengagumkan, seorang laki-laki yang berkata
benar dan menerima nasihat. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
mengagungkan nikmat dengan kepemimpinannya, merahmati umat dengan
kekuasaannya, menjadikannya rahmat dan berkah.”
Al-Hasan al-Bashri menulis sedikit lagi pesan kepada Umar bin Abdul Aziz dengan mengatakan:
“Amma ba’du, sesungguhnya ketakutan besar dan perkara yang dicari ada
di depanmu, dan engkau pasti akan menyaksikannya, selamat atau celak.”
(Az-Zuhd, al-Hasan al-Bashri, Hal.169).
Sumber: Perjalanan Hidup Khalifah Yang Agung, Umar bin Abdul Aziz,
Ulama dan Pemimpin Yang Adil ditulis oleh DR. Ali Muhammad ash-Shalabi.
Diterbitkan oleh Darul Haq.
ENTREPRENEURSHIP - Bicara
tentang bisnis online memang tidak akan ada habisnya. Setiap hari ada
saja strategi baru dan perkembangan teknologi yang harus terus kita
ikuti. Beberapa pebisnis online berikut ini akan memberikan kamu
inspirasi dan wawasan, tentang apa saja yang membuat mereka sukses
mengembangkan bisnis onlinenya. Dan kamu juga bisa melakukan ini:
1. Soal konversi keinginan customer jadi keuntungan, Fadli Ramon Jagonya
Dari yang awalnya hanya hobi,
kemudian berlanjut menjual produk headphone di Kaskus dan sosial media,
kini Fadli Ramon sukses mengembangkan bisnis onlinenya. Salah satu
faktor yang membuatnya bisa sampai di sini adalah kepekaannya
mendengarkan masukan dan kritik dari pelanggan.
Dan salah satu yang sangat
membantunya mereview headphone yang diimport langsung dari luar negeri
adalah teman – teman di komunitas yang ia ikuti, yaitu Kere Hore.
Berbekal relasi yang sudah banyak, ia memberanikan diri untuk meminta
anggota Kere Hore untuk mencoba dan menguji headphone miliknya.
Ia juga menggunakan review dari
pelanggan tentang produk – produk yang ia jual. Ini membuatnya terus
tahu apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan dari produk
headphoneku miliknya.
2. Menurut Batikbolags.com, kualitas berbanding lurus dengan keuntungan
Meskipun terlihat biasa saja, namun
Gunadi Sinatrio membuat baju batik yang unik dan berbeda dari yang lain.
Ia berhasil menggabungkan kebudayaan Indonesia dengan kegemaran rakyat
Indonesia terhadap sepak bola dunia. Batik Bola adalah nama yang memang
unik dan berbeda. Ia membuat desain pakaian batik dengan tambahan logo
beberapa klub sepak bola dunia, seperti manchester United.
Karena produk yang ia jual adalah
produk modifikasi, ia selalu memperhatikan setiap produk batik bolanya.
Mulai dari desain, bahan baku hingga kualitas cetakan dan penjahitan
baju. Baginya kualitas sangat berpengaruh terhadap harga jual di
pasaran. Apalagi produk batik bola ini cukup baru di telinga masyarakat.
Jika tidak pandai menjaga kualitas, bisa – bisa pasar tidak menerima
produk variasi ini lagi.
3. Nyeleneh dan berani membuat konsep baru, buat Kaosamal.com sukses
Kalau hanya menjual kaos siapa saja
bisa, tapi tidak banyak orang yang bisa memanfaatkan peluang bisnis ini
menjadi sesuatu yang berbeda. Lain lagi dengan Monika, yang mau
menjalankan bisnis kaosamal.com ini. Ia menggabungkan bisnis kaos dengan
upaya berbagi kepada sesama.
Salah satu yang juga membedakan
konsep kaos amalnya dengan yang lain adalah adanya unsur dakwah di
setiap desain kaos yang ia jual. Dari sini ia berani memasarkan
Kaosamalnya secara online.
4. Ketinggalan zaman bukan pilihan bagi Eling Dwi Prastiwi
Bukan hanya teknologi saja yang
harus diupdate, produk yang dijual juga harus selalu update. Menjual
produk fashion atau mainan anak – anakpun harus selalu update. Karena
jika tidak, bisa – bisa toko online kita ditinggal pelanggan karena
ketinggalan zaman.
Seperti yang dilakukan oleh Eling
Dwi Prastiwi, owner butikperhiasan.com yang menganggap bahwa update
model perhiasan terbaru adalah sebuah kebutuhan yang harus selalu
dipenuhi. Lain halnya dengan David Budiono yang selalu mengganti produk
best seller sesuai dengan trend yang ada di masyarakat saat ini. Dari
sini mereka terus memberikan produk yang benar – benar dibutuhkan dan
dicari oleh pelanggan.
5. Gaya tetap harus nomor satu, ini kemasan sukses dari GPDistro.com
Gak banyak orang yang peduli dengan
penampilan dan kualitas akses website toko onlinenya. Padahal ini adalah
komponen penting untuk kesuksesan bisnis online. Lain lagi dengan yang
dilakukan Andriyanto, pemilik GPDistro. Ia selalu memperhatikan
penampilan website dari awal GPDistro.comdibangun.
“Bagi saya, KEMASAN itu penting!!
Oleh sebab itu saya menonjolkan desain website yang menarik, mudah
diakses dan saya memajang foto produk dengan lebih jelas di website
dibanding milik pesaing”
Begitulah kata Andriyanto. Baginya nilai sebuah toko online akan muncul saat pengunjung senang dengan website yang ada.
6. Jangan takut menjamin tukar barang, ini pesan dari Faziostore.com
Beberapa orang mungkin ragu atau
bahkan takut untuk berbelanja online. Alasan mereka rata – rata karena
produk atau barang yang dijual tidak bisa dilihat secara langsung. Jadi
saat ada masalah dengan barang, konsumen tidak bisa menukarnya secara
langsung. Inilah yang membuat sebagian besar orang memilih untuk tidak
berbelanja online.
Apalagi saat pebisnis online tidak
memberikan keyakinan kepada pelanggan mereka ketika diragukan keaslian
atau keadaan dari produk yang dijual. Sebagian besar toko online tidak
mau memberikan jaminan saat terjadi masalah dengan produk yang mereka
jual. Tapi tidak dengan Juwadi Harjo pemilik dari Faziostore.com yang
mau untuk memberikan jaminan uang kembali kepada pelanggan mereka.
“Untuk mensiasati kepercayaan mereka
terhadap barang yang kami jual, kami memberikan penjelasan yang baik
kepada pelanggan. Kamipun berani memberikan jaminan tukar untuk produk
yang tidak sesuai dengan apa yang dipesan oleh pelanggan, dengan sayarat
dan ketentuan yang ada di toko kami”
Itu yang ia katakan. Baginya
kepercayaan pelanggan adalah segalanya, apalagi untuk bisnis online yang
tidak mudah mendapat pelanggan yang percaya dengan produk dan layanan
yang diberikan.
7. Seperti Brandedbatam.com, jangan pelit bagi ilmu, ataupun sharing dengan customer
Jika ada yang bilang bisnis online
itu sulit mendapatkan relasi bisnis, maka kamu salah. Karena bisnis
online sekalipun tidak bertemu dengan orang secara langsung bisa dapat
relasi yang gak kalah banyak dengan bisnis biasanya. Seperti yang
dilakukan Brandedbatam.com.
“Kami membuka sebesar-besarnya ruang
komunikasi bagi customer. Salah satunya melalui Fitur Real Time Chat.
Fitur ini sangat penting menurut kami saat ini sebab customer bisa
langsung menghubungi kita dan menyampaikan apa yang menjadi kebutuhan
mereka”, kata Afriz Taufiq
Selain itu kita juga bisa mengadakan
acara kumpul – kumpul dengan customer atau pelanggan kita. Ajak saja
mereka meet up dan membahas beberapa bahasan santai yang mengakrabkan
antara bisnis online kamu dengan mereka.
8. Minilovebites.com suka sekali dandani paket produknya
Nah, untuk sukses di bisnis online,
kamu harus punya hal yang unik dan membedakan kamu dengan bisnis online
lainnya. Kalau dirasa website, produk dan bahkan harga kamu sangatlah
bersaing dengan kompetitor, kamu bisa bangun keunikan dari segi
packaging produk kamu. Sekalipun produk kamu hanya pakaian yang tidak
perlu box besar saat dibungkus, tapi produk kamu harus punya perlakuan
istimewa.
Seperti yang dilakukan oleh Diah
Venita, owner dari Minilovebites. “Kami terus berupaya untuk meningkatan
dan mengutamakan rasa pada setiap produk yang kami hasilkan. Selain itu
kami juga memberikan sebuah packaging yang bagus dan menarik, serta
pelayanan yang bernilai excellent. Kami pun berpendapat bahwa produk,
desain, website, toko dan cara berbisnis kami yang simple dan to the
point ini merupakan cerminan dari kepribadian kami sendiri”.
Baginya harus ada yang istimewa dan
berbeda dari pesaing kita, salah satunya yang ia lakukan adalah melalui
packaging kue yang ia kirimkan ke konsumen.
9. Berani ciptakan produk unggulan kamu sendiri
Keunikan yang harus toko online kamu
punya bisa kamu ciptakan dari produk yang kamu jual. Jika memang kamu
menjual produk yang sama dengan kompetitor, kamu bisa beri inovasi yang
berbeda dari mereka. Produk buatan kamu sendiri akan memberikan kesan
dan nilai plus bagi pelanggan kamu.
Seperti yang dilakukan oleh Abdul
Haris owner dari Viatushop.com. “Bisnis yang kami jalankan saat ini
adalah jasa pembuatan sepatu handmade yang dapat dipesan dengan model
dari kami atau model dari manapun secara by request mulai dari ukuran,
hak, warna,bahan, dan lain-lain.
Mungkin banyak yang membuka jasa
pembuatan sepatu dengan kami, namun yang berbeda dari kami adalah kami
tidak membataskan jumlah minimal pemesanan, partai besar, kecil, atau
satuan akan kami terima dengan senang hati”.
Begitu pentingnya sebuah keunikan
untuk nilai toko online kamu. Gak ada salahnya kalau kamu mulai
berinovasi menciptakan produk kamu sendiri. Kamu bisa menciptakan merek
dan promosi bisnis kamu sendiri.
Lalu mana yang akan kamu lakukan
agar bisa mengikuti jejak sukses mereka? Bisnis online bisa jadi solusi
kamu yang ngakunya ga punya waktu dan modal untuk bisnis, tapi ingin
sukses jadi pebisnis.
ENTREPRENEURSHIP - Untuk meraih sukses dalam memasarkan produk, media
sosial saat ini menjadi alat paling manjur dalam mengembangkan bisnis.
Media sosial kerap dimanfaatkan para pebisnis untuk memperluas merek dan
menambah jumlah pelanggan.
Twetter, Facebook, Instagram, Google+ dan media sosial lainnya menjadi
ajang mempromosikan produk. Dikutip dari situs entrepreneur, ada delapan
tips dalam membangun merek melalui media sosial, yaitu:
1. Membuat tweets Anda menonjol
Jika Anda tidak ingin tulisan membingungkan di Twitter, pastikan untuk
menyertakan gambar, link yang terkait untuk memisahkan missives Anda
dari torrent tweets lainnya.
2. Ekspresikan diri Anda dengan posting lagi
Jika Anda merasa dibatasi oleh jumlah 140 karakter di Twitter, Anda bisa
memperluas ke titik tulisan pada platform, seperti Tumblr, Google+ dan
LinkedIn.
3. Memperkuat jaringan di Facebook
Jika Anda menemukan bahwa perusahaan Anda tidak mendapatkan respon di
Facebook, perlu untuk membuat group di Facebook untuk memicu lebih
banyak koneksi dan percakapan di sekitar produk dan merek. Pelanggan
Anda juga dapat memilih untuk mendapatkan update dari Anda dengan cara
ini.
4. Tindakan inspire
Berusaha untuk memperbanyak yang menyukai halaman dalam posting Anda untuk mendapatkan lebih banyak traksi, klik dan konversi.
5. Tetap top of mind
Menyesuaikan posting Anda untuk setiap masyarakat dan pastikan untuk
menyertakan link ke account sosial lainnya, sehingga pelanggan tahu
tempat lain untuk menemukan Anda.
6. Membuat koneksi
Anda tidak hanya menjual produk atau jasa, tetapi jaringan yang lebih
besar. Jika Anda tahu orang-orang di sekitar akan mendapat manfaat dari
pertemuan. Apakah mereka seorang investor, penasihat, klien atau
pelanggan, membuat pendahuluan bahwa Anda dan merek mudah diingat dengan
baik.
7. Bagi tanggapan Anda
Ketika Anda mendapatkan umpan balik positif dari pelanggan, jangan takut
untuk menyorotnya. Retweet pelanggan dengan pujian, ucapkan terima
kasih kepada pelanggan individu pada halaman Facebook Anda.
8. Kembangkan ide pemasaran
Jika ide pemasaran menarik bagi Anda, tetapi Anda tidak yakin apakah itu
akan bekerja, tidak hanya melakukan penelitian tetapi mencobanya.
Orang-orang akan menghargai sesuatu yang sedikit tidak biasa, dan itu
bisa dilakukan.
Peperangan yang tidak seimbang, kaum muslimin berjumlah 314 sementara
kuffar Quraisy 950 pasukan. Dalam perang Badar, tersebutlah seorang
sahabat bernama Abu Ubaidah yang berperang penuh keberanian, beliau
menerjang musuh, orang-orang kufar Quraisy segan berhadapan bahkan
mereka takut menghadapi pejuang ini, karena Abu Ubaidah berperang tidak
ada rasa takut untuk mati. Tatkala perang berkecamuk, tiba-tiba ada
diantara tentara Quraisy yang berusaha menghadang Abu Ubaidah, beliaupun
menghindar dari hadangan tentara tersebut dan berusaha menjauh, tetapi
upaya tersebut tidak mendapatkan hasil, tentara Quraisy tersebut
senantiasa mengikuti kemana Abu Ubaidah pergi bahkan menghadangnya penuh
dengan berani. Diwaktu dimana Abu Ubaidah dalam keadaan sempit dan
susah untuk menghindar maka Abu Ubaidah mengayunkan pedangnya dan
menebas orang tersebut, tersungkurlah tentara Quraisy itu. Ternyata
tentara itu adalah Abdullah bin Jarrah, ayah Abu Ubaidah.
Beliau tidak membunuh ayahnya, yang beliau bunuh adalah kesyirikan yang
ada pada pribadi ayahnya, yang dengannya Allah menurunkan wahyu-Nya,
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah
dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak,
atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka
itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati
mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang
daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap
mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat- Nya. Mereka
itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah
itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah: 22)
Abu Ubaidah adalah seorang sahabat yang berperawakan tinggi, kurus
dan berwajah tampan. Orang yang melihatnya akan merasa senang dan
membuat jiwa tenang dan ingin selalu berjumpa dengannya. Beliau sangat
tawadhu, pemalu, tetapi jika keadaan harus memaksa beliau untuk
bertindak dan berbuat, maka ia bergegas melakukan bagaikan singa yang
hendak menerkam mangsanya.
Abu Ubaidah bernama Amir bin Abdillah bin Jarrah Al-Qurasy dan memiliki kunyah Abu Ubaidah.
Abdullah bin Umar bin Khaththab berkata, “Tiga orang yang merupakan
pemuka orang Quraisy dan sangat dihormati akhlak mereka, mulia, pemalu,
jika mereka berbicara kepada kalian tidak akan berdusta, jika kalian
berbicara dengan mereka, merekapun tidak mendustakan kalian. Mereka
adalah Abu Bakar as Siddiq, Utsman bin Affan dan Abu Ubaidah bin
Jarrah.”
Menurut tarikh, Abu Ubaidah termasuk orang yang pertama masuk dalam
agama islam. Beliau masuk Islam setelah mendapat ajakan Abu Bakar As
Siddiq, sehari setelah Abu Bakar menyatakan keislamannya. Setelah itu
berturut-turut diikuti Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mad’uun dan Al
Arqam bin Abi al Arqam. Mereka semua masuk Islam di hadapan Rasulullah
dan mengumumkan keislaman mereka dan merekalah tonggak dan pilar umat
ini.
Suatu ketika datanglah utusan dari orang-orang Nasrani kepada
Rasulullah. Merekapun berkata, “Wahai abul Qasim(panggilan untuk
Rasulullah), utuslah kepada kami seorang laki-laki dari sahabatmu, yang
engkau ridhai untuk menjadi hakim dan penengah diantara kami dalam suatu
urusan yang kami miliki dari harta kami yang kita berselisih
didalamnya, karena kaum muslimin dihadapan kami sangat terhormat dan
kami ridha dengan kalian. ”Maka Rasulullah bersabda, ‘Datanglah nanti
sore, niscaya aku akan kirim orang yang kuat dan terpercaya.’ Umar
berkata, “Maka aku datang untuk shalat dhuhur di awal waktu dan aku
tidak berharap untuk memperoleh jabatan sebagai pemimpin kecuali waktu
itu, dan harapanku adalah orang yang di pilih Rasul adalah aku, sesudah
sholat dhuhur, maka baginda Nabi menoleh ke kanan dan ke kiri, maka
akupun berusaha menampakkan diriku sehingga baginda Nabi melihatku. Nabi
kembali menengok ke kanan dan ke kiri, kemudian beliau melihat Abu
Ubaidah dan memanggilnya dan berkata, ’Pergilah bersama
mereka(orang-orang Nasrani) dan jadilah penengah diantara mereka,
hakimilah apa yang mereka perselisihkan dengan adil’, maka aku(Umar)
berkata,’’Abu Ubaidahlah yang telah meraihnya.”
Sesudah Rasulullah wafat, maka Umar berkata kepada Abu baidah,
”Bentangkanlah tanganmu wahai Abu Ubaidah karena aku mendengar Nabi
bersabda, ’Tiap umat memiliki orang yang dipercaya dan sesungguhnya
orang yang terpercaya untuk umat ini adalah Abu Ubaidah.’ Maka beliau
menjawab, ‘Aku tidak akan maju dan didepanku ada orang yang diperintah
Rasulullah untuk menjadi imam shalat dan kami akan mempercayakannya
sampai wafat.” Kemudian Abu Bakar dibaiat dan kaum muslimin pun sepakat
untuk membaiatnya.
Menjelang wafat, Abu Ubaidah berwasiat kepada tentaranya dan waktu itu
beliau berada di negeri Syam. “Sesungguhnya aku berwasiat kepada kalian,
dan kalian akan semakin baik selama kalian memeganginya yaitu
dirikanlah shalat, berpuasalah Ramadhan, bersedekahlah, berhajilah dan
berumrahlah, dan lakukanlah saling memberi nasihat, nasihatilah pemimpin
kalian dan janganlah kalian curangi mereka dan janganlah kalian
mencampakkan dalam kebinasaan karena dunia…”
Tidak lama sesudah beliau memberi nasihat, ajalpun menyongsongnya,
semoga Allah meridhainya dan meridhai kita semua. Amiin, ya Rabbal
alamin..